Bidik
Misi is My Dream
Oleh Ajeng Febriyani
Halo
perkenalkan nama saya Ajeng Febriyani dari jurusan Pendidikan Akuntasni
Universitas Negeri Semarang. Saya akan menceritakan kisah saya untuk meraih
beasiswa bidikmisi. Beasiswa yang saya idam-idamkan dan hanya dengan beasiswa
ini saya dapat melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi.
Perjuangan saya dimulai sejak saya kelas 1 SMA saat mulai terdengar adanya
beasiswa bidikmisi tepatnya semester ke dua. Saya mendapat info tersebut dari
guru BP saya yakni Bpk. Anton. Saya mencari info lebih di internet dan mulai
bertanya-tanya kepada kakak kelas yang ingin mendaftar bidikmisi tersebut.
Walaupun saya masih kelas 1 SMA namun saya sudah punya rencana utuk melanjutkan
pendidikan saya dengan beasiswa tersebut. Soalnya sejak awal saya dimasukkan ke
SMK, orang tua saya sudah menasehati saya bahwa saya tidak mungkin melanjutkan
kuliah apabila menggunakan biaya sendiri. Sempat saya merasa pesimis dan
kecewa. Namun setelah saya tahu tentang beasiswa bidikmisi saya menjadi bersemangat
lagi.
Alhamdulillah
pada saat semester 1 saya mendapatkan rangking pertama sehingga pada semester
ke dua saya ignin mempertahankan peringkat tersebut. Syukur alhamdulillah saya
mendapat juara 2. Kemudian di semester 3 saya kembali meraih peringkat satu.
Namun di semester 4 saya mulai merasakan kelelahan. Baik pikiran maupun tenaga,
bahkan saya mengalami depresi akibat ketegangan saya untuk mempertahankan
prestasi dalam keadaan kelas yang mayoritas adalah anak-anak cerdas. Saat
itulah dukungan orang-orang disekitar baik orang tua, teman-teman, pacar dan
guru saya sangat saya perlukan. Dan alhamdulillah mereka mendukung dan
memberikan semangat kepada saya. Sehingga saya bangkit lagi. Oleh karena itu
saya akhirnya mendapat lagi peringkat 1 di kelas. Kemudian di semester 5 saya
mulai benar-benar fokus untuk mempersiapkan ujian nasional. Kembali saya
mendapatkan peringkat walaupun peringkat 2 karena terpaut selisih nilai 0,01.
Saya berjuang lagi disemester 6 untuk lulus dengan nilai yang cukup baik.
Ternyata hasil yang saya dapatkan cukup memuaskan yakni dengan rata-rata 9,1.
Setelah
selesai ujian nasional, ujian prakter dan lain sebagainya. Saya pun
beristirahat di rumah dan membantu orang tua saya berjualan. Berjualan makanan
dengan membuka warung sederhana. Tidak hanya itu saya juga mulai untuk
mempersiapkan dokumen-dokumen yang sekiranya diperlukan dalam pendaftaran
SNMPTN Undangan. Dengan bimbingan guru BP, saya mendaftar SNMPTN Undangan dan
beasiswa bidikmisi. Alhamdullillah saya termasuk 5 besar yang direkomendasikan
oleh sekolah untuk mendaftar SNMPTN Undangan. Dua tahap pendaftaran dibantu
oleh guru. Namun saat pemilihan perguruan tinggi itulah saat saya harus memilih
sendiri. Saya memang sudah ada niat untuk mengambil pendidikan akuntansi di Universitas
Negeri Semarang. Karena saya tahu bahwa jalur kependidikan yang paling baik
adalah di UNNES. Tetapi saya tetap meminta saran kepada orang tua dan guru saya
apakah saya mampu untuk mengambil pendidikan akuntansi di UNNES. Hal itu saya
lakukan karena saya takut tidak diterima di UNNES yang notabennya adalah salah
satu universitas terbaik di Indonesia.
Orang tua menyerahkan sepenuhnya pilihan kepada saya karena beliau kurang paham
tentang perguruan tinggi. Sedangkan
guru saya secara tegas menyuruh saya untuk memantapkan pilihan di UNNES karena
saya mampu dan beliau yakin bahwa saya akan diterima melalui jalur undangn dan
beasiswa bidikmisi. Saat itu juga saya langsung menuju ke warnet untuk
pendaftaran online dan saya mantap memilih UNNES sebagai perguruan tinggi
negeri pertama yang saya pilih dengan jurusan pertama yakni pendidikan
akuntansi dan pilihan kedua adalah hukum. Perguruan tinggi negeri yang saya
pilih kedua adalah Universitas Negeri Soedirman dengan pilihan prodi yakni
akuntansi dan manajemen.
Selanjutnya
saya menanti pengumuman SNMPTN Undangan dan menanti pengumuman kelulusan
sekolah. Namun saat menunggu itulah saya dilanda kecemasan andaikata saya tidak
diterima kulaih saya mau apa? Padahal saya mempunyai adik yang harus bersekolah
juga. Oleh karena itu saya mencoba melamar pekerjaan atas saran orang tua saya
untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Akhirnya saya mendaftar di sebuah
toko komputer sebagai tenaga administarsi dan di dealer motor sebagai tenaga
akuntansi. Saya lakukan tahap-tahap untuk melamar kerja dengan dukungan penuh
dari keluarga. Mulai dari mengurusi SKCK, surat keterangan kerja, surat lamaran
kerja dan lain sebagainya. Setelah lamaran saya msukkan ke dua tempat tersebut,
saya tinggal menunggu panggilan wawancara.
Hari
yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari kelulusan tanggal 26 Mei 2012, saya datang
ke sekolah bersama orang tua saya dan disambut oleh teman-teman saya. Kami
berdoa bersama semoga kami lulus semua. Dan syukur alhamdulillah sekolah saya
SMKN 1 Wonosobo lulus 100 % dengan nilai terbaik se- SMK kabupaten Wonosobo.
Sungguh hal yang menggembirakan untuk saya. Kegembiraan itu berlanjut hingga
malam jam 19.14 saat saya mendapat pemberitahuan dari teman bahwa pengumuman
SNMPTN Undangan telah diumumkan. Saya langsung berlari menuju warnet untuk
melihat hasil pengumuman itu. Tak peduli hujan deras yang turun saat itu. Tiba
di warnet ternyata warnet penuh. Saya mencoba mencari warnet lain. Dan
alhamdulillah masih ada 1 bilik yang kosong. Saya langsung membuka website snmptn.undangan.ac.id. saya
masukkan nomor penadaftaran saya. Dan kata yang keluar adalah “SELAMAT ! ANDA
DITERIMA DI PERGURUAN TINGGI SEMARANG JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI.” Langsung
seketika itu juga saya sujud syukur dan menangis bahagia karena impian saya
untuk berkulih dapat terwujud padahal masih ada tahap lagi untuk beasiswa
bidikmisi. Namun dengan diterima itu adalah sedikit celah pintu yang telah
terbuka untuk saya.
Saya
pulang kerumah dan sampai dirumah saya langsung memeluk ibu saya. Orang yang
sudah mendoakan saya setiap malam dan setiap saat agar saya dapat meraih apa
yang saya impikan. Saya berkata kepada ibu, “ bu, ibu adalah malaikat buat
saya, malaikat yang sudah menyampaikan doa saya kepada Allah. Saya diterima bu
di universitas semarang jurusan pendidikan akuntansi sesuai yang saya mau.
Terima kasih ibu. “ Saat itu saya lihat raut wajah orang tua saya sangat
bahagia, bahkan adik saya bilang “ mbak kamu hebat”. Kata-kata yang saya ingat
sampai sekarang, kata dari seorang adik yang sangat saya cintai. Tetapi saya
tetap terus berdoa agar saya juga dapat beasiswa bidik misi. Tepat jam 22.00
kebahagian saya berlanjut. Saya mendapat sms dari salah satu tempat yang saya
kirimkan lamaran pekerjaan. Dan mengatakan saya di undang untuk mengikuti
kegiatan wawancara guna kontrak kerja. Subhanallah benar-benar keagungan Allah,
ada kesempatan lain utnuk saya misalkan saya tidak mendapatkan beasiswa.
Senin
pagi saya datang ke toko tersebut. Namun keresahan hati mulai tumbuh saat saya
baru sadar ternyata saya harus memilih salah satu. Kalau saya menandatangani
kontrak kerja, berarti saya jelas sudah tidak dapat mengurusi besiswa bidikmisi
karena tanggal 1 juni saya harus mulai bekerja. Padahal di bulan juni saya
harus ke Semarang untuk pembekalan dan tahap-tahap lain yang harus ijin kerja.
Sedangkan apabila saya tidak memilih kerja, saya takut saya tidak mendapat
beasiswa bidikmisi dan akhirnya saya tidak pula mendapatkan pekerjaan. Benar-benar
pilihan yang sulit untuk saya. Saya meminta petunjuk dari Allah dengan salat
istikharoh dan meminta saran-saran dari berbagai pihak. Saya mendapat petunjuk
dari Allah ketika saya bermimpi bahwa adik saya meminta saya untuk kuliah
karena dia juga ingin kuliah seperti saya. Dia menginginkan saya untuk menjadi
contohnya. Oleh karena itu saya membulatkan tekad untuk memilih melanjutkan
kuliah dan meninggalkan pekerjaan yang sudah ada didepan mata. Dan ternyata
saya mendapatkan beasiswa bidikmisi yang pasti setelah diadakannya survei
kerumah saya. Langkah yang saya ambil ternyata tidak salah.
Perjuangan
saya ternyata tidak hanya sampai disitu. Saat ke Semarang pun saya mengalami
ujian dari Allah. Malam sebelum keberangkatan saya ke Semarang saya telah
menyiapkan berkas-berkas yang akan saya bawa pada keesokan harinya. Malam itu saya
mengalami sulit tidur karena sudah tidak sabar untuk melihat seperti apa itu
UNNES. Saya dan ayah saya memutuskan untuk berangkat jam 02.00 dini hari untuk
menghindari kemacetan dan agar tidak terlambat datang ke UNNES karena saat itu
baik saya maupun ayah saya tidak tahu keberadaan tepat UNNES. Baru keluar dari rumah, ibu saya menelpon
bahwa jas hujan tertinggal dirumah. Namun
ayah saya tidak kembali kerumah takut nanti tidak cukup waktunya.
Perjalanan dini hari yang sangat dingin dan menyeramkan. Di saat orang lain
sedang tertidur lelap saya dan ayah saya sudah diperjalanan demi memperjuangkan
bidikmisi. Dini hari adalah jam saat truk-truk besar mulai beroperasi. Saya
merasakan ketakutan apalagi saat motor saya berada diantara 2 tronton yang
membawa muatan berat dan banyak.
Tepat
jam 04.18 ujian yang sesungguhnya datang. Karena gelap dan ayah saya memperhatikan
petunjuk jalan menuju UNNES di dekat Pasar Ungaran, menyebabkan musibah itu
terjadi. Beberapa detik sebelum musibah itu datang saya sempat memperhatikan
tanda kecil di trotoal yang menuliskan awas jalan berlubang. Namun seketika itu
pula kami terjatuh dari motor karena ada jalan berlubang yang tergenang air
sehingga kami tidak melihat dan ayah saya mencoba mengerem namun kami terjatuh
serta terseret di jalan beserta motor kami. Pada saat tergeletak di jalan dalam
hati saya, saya selamat atau tidak. Setelah membuka mata saya tenyata masih
hidup dan saya melihat ayah saya berada di samping saya dengan berusaha untuk
memberhentikan mobil yang lewat dijalan tersebut. Namun entah kemana kepedulian
manusia-manusia itu, tak ada satu pun mobil yang lalu lalang mau berhenti.
Mereka hanya berjalan perlahan, mengedipkan lampu dan memperhatikan dari dalam
mobil kami berdua yang tergulai tak berdaya di tengah jalan.
Saat
itu juga saya langsung bangkit dan melepas helm lalu duduk dipinggir jalan
untuk menghindari mobil-mobil itu. Tanpa saya sadari ternyata ayah saya tak
dapat berdiri karena kaki sebelah kiri tertimpa badan motor. Saya langsung
berusaha mengangkat motor itu sendirian dengan tubuh saya yang penuh luka dan
lemas. Tiba-tiba ada seorang lelaki tua yang membantu saya mengankat motor yang
menimpa ayah saya. Lalu kami berdua membawa ayah saya ke pinggir jalan. Saya
dan ayah saya mengucapkan terima kasih kepada beliau. Entah siapa orang yang
berhati malaikat itu, sampai sekarang pun saya tidak tahu. Saat ayah saya dan
bapak tua itu berusaha untuk membenarkan motor yang rusak itu, saya hanya
terduduk lemas melihat ayah dan motor saya yang terluka akibat kecelekaan itu.
Dalam hati saya, saya menangis dan marah. Kenapa harus terjadi kejadian itu.
Padahal sampai UNNES pun belum. Saya bertanya dalam hati apakah saya akan
sampai di UNNES tepat waktu dalam keadaan seperti ini? Saya takut,saya khawatir
dan pesimis. Namun ayah saya mendekati saya sambil berkata ,”kamu gak apa-apa
ndok? jangan sedih ya, kita tetap akan sampai UNNES bagaimana pun caranya. Yang
tegar ya, ini ujian buat kamu. Jangan menyerah.” Seketika itu semangat saya
kembali. Saya harus tetap berjuang untuk sampai ke UNNES.
Setelah
setengah jam menunggu motor diperbaiki dengan alat yang seadanya, kami pun
melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan saya sempat mengabari teman saya yang
juga berangkat pada hari itu bahwa saya mengalami kecelakaan. Sesampainya di
UNNES saya disambut oleh teman-teman saya yang sudah menunggu dari tadi dan
sangat mengkhawatirkan saya. Mereka membantu saya berjalan karena kaki sebelah
kiri saya keseleo dan mengalami luka yang cukup parah. Saya dibantu untuk
mengobati luka-luka saya dan saya mengobati luka ayah saya. Beliau kelihatan
sangat tegar, padahal luka yang beliau alami lebih parah daripada saya. Beliau
juga malah sempat membersihkan kotoran di baju dan celana saya dengan tangan
beliau sendiri. Sungguh ayah yang terbaik adalah ayah saya.
Tepat
jam 07.00 saya dan teman-teman masuk ke dalam auditorium. Saya tertatih-tatih
berjalan namun semangat di dalam hati saya sangat membara. Saya tak perduli
dengan pandangan mahasiswa baru lain bahkan kakak kelas yang risih melihat baju
dan celana saya bolong dan kotor. Karena saya telah mengalami ujian yang cukup
berat, saya tidak akan pernah menyia-nyiakan perjuangan saya dan orang-orang
disekitar saya. Saya harus dapat menjadi kebanggaan untuk mereka dan tak akan
menyerah. Sekarang saya bangga karena saya telah menjadi bagian dari keluarga
besar Universitas Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
meraih kesuksesan yang saya impikan.
BIODATA PENULIS :
NAMA :
AJENG FEBRIYANI
PRODI :
PENDIDIKAN AKUNTANSI
ALAMAT ASAL :
JALAN KAYAI MUNTANG NO. 3 RT O4 RW O5 WONOSOBO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar