Kamis, 07 Juni 2012

PERJUANGAN MENDAPATKAN BEASISWA


Laela meni’ N.C
PERJUANGAN MENDAPATKAN BEASISWA

Foto Profil

Aku adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga kurang beruntung dalam segi ekonomi. Orang tuaku bekerja sebagai buruh harian lepas. Pendapatan sehari-harinya tidak tentu. Sebelum punya adik, aku adalah anak tunggal karena kakakku sudah meninggal ketika masih bayi.. Saat itu, Bapakku selalu bekerja di luar kota. Belum ada masalah mengenai kebutuhan ekonomi keluarga kami. Namun, setelah aku punya adik, yaitu waktu aku kelas tiga SMP, masalah ekonomi mulai muncul. Saat akan melanjutkan ke tingkat SMK ada beberapa kendala, terutama karena masalah uang pendaftaran. SMK Negeri di daerahku baru ada satu dan sedang menuju taraf RSBI, sehingga biaya masuknya bisa dibilang mahal. Aku sangat mengerti akan kesulitan itu. Adikku yang baru berumur enam bulan membutuhkan biaya yang lumayan besar. Aku sempat berfikir untuk berhenti satu tahun. Namun,
orang tua tetap bersikeras untuk membiayai sekolahku.  Bapak berkata, “Meni’, kamu harus bisa melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Kamu jangan memikirkan darimana biaya sekolahmu, itu sudah menjadi kewajiban Bapak dan Ibu untuk menyekolahkanmu. Belajar saja yang rajin, jadilah anak yang berprestasi. . nanti kalau Bapak ada rejeki, kamu bisa melanjutkan kuliah.” Aku sangat terharu mendengar ucapan Bapak hingga aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya air mata yang keluar dari mataku. Aku merasa sangat beruntung berada di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayangiku. Bapak yang dulunya selalu bekerja di luar kota, berusaha mencari pekerjaan di daerah sendiri agar dapat memiliki pekerjaan sambilan. Pekerjaan Bapak sehari-hari di rumah menjadi kuli di Pasar Salak, membuat batu bata dan mencari rumput untuk kambing saudara. Dengan jerih payah beliau, Alhamdulillah aku bisa melanjutkan sekolah dan mendapatkan beasiswa prestasi selama enam bulan di SMK favorit.
Hampir satu semester lamanya aku menjalani aktivitas di sekolah yang diinginkan,  masalah ekonomi kembali muncul. Bapak jatuh sakit dan tidak dapat bekerja seperti semula. Sehingga ibu harus ikut bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kami. Adikku yang baru berumur satu tahun harus ikut berkorban untuk membiayai sekolahku ketika SMK. Setiap hari, adikku ikut orang tua bekerja di Pasar Salak. Jika ada lemburan, maka sepulang sekolah aku mengambil adik untuk pulang bersamaku. Orang tua bekerja hingga larut malam. Mereka pulang di atas pukul sembilan malam. Peristiwa itu selalu terjadi saat aku sedang ujian semester. Awalnya aku merasa keberatan karena harus menjaga adik setiap sepulang sekolah hingga malam. Aku selalu bangun pagi- pagi untuk belajar materi yang akan diujikan. Adikku juga tidak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya. Kasih sayang orang tuapun berkurang. Aku sering kesal dan protes, agar ibu berhenti bekerja dahulu saat aku sedang ujian. Aku bilang sama ibu “Ibu, bagaimana kalu ibu jangan ikut bekerja dulu? Aku ingin konsentrasi belajar. Kenapa setiap aku ujian semester malah Ibu sama Bapak pulang larut malam? Apa Ibu tidak kasihan sama kami?” Lalu Ibu menjawab, “Meni’, dengarkan ibu ya. . .ini adalah kesempatan buat Ibu untuk mendapatkan uang. Ibu dan Bapak ingin kamu bisa melanjutkan kuliah agar nantinya mendapatkan pekerjaan yang bagus, tidak menjadi kuli seperti ibu dan bapak sekarang.” Aku masih tetap menjawab pernyataan ibu karena saat itu aku benar-benar merasa kesal. Aku kasihan sama adikku juga Ibu Bapak. Aku menjawab lagi, “kalau aku mau melanjutkan kuliah, di Universitas Terbuka saja, bisa sambil kerja. Jadi Ibu tidak harus bekerja dan menjaga adik di rumah. Adik juga bisa sekolah seperti teman yang lain.” Ibu Bapak terdiam. Beliau tidak pernah marah saat  aku kesal dengan mereka. Ibu selalu berkata kalau mereka melakukan itu demi keberlanjutan studiku. Setelah beberapa hari hal itu menjadi beban di pikiranku. Akhirnya aku menyadari bahwa itu semua demi masa depan keluarga kami agar lebih baik. Sejak saat itu, aku berfikir dan bermimpi untuk mendapatkan beasiswa S1 di Perguruan Tinggi Negeri. Aku berharap ibu tidak ikut bekerja lagi dan adik bisa menikmati masa kanak-kanaknya dengan belajar dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Bapak juga tidak harus bekerja siang malam untuk membiayai sekolahku. Namu, meskipun ada beberapa kendala dalam keluarga, kami senantiasa merasa bahagia. Aku sangat bersyukur atas semua yang terjadi dalam kehidupanku, karena itu bisa mendewasakanku. Aku sangat berharap bisa mendapatkan apa yang aku impikan yaitu mendapatkan beasiswa S1 di Perguruan Tinggi Negeri. Meski waktu itu impianku bisa dibilang mustahil, tetapi dalam hatiku tetap yakin bahwa Alloh pasti akan menolong setiap hamba-Nya yang mau berusaha dan berdo’a.
Tahun 2010, ada informasi bahwa Pemerintah akan mencanangkan program beasiswa prestasi Bidik Misi jenjang S1. Beasiswa tersebut khusus untuk Perguruan Tinggi Negeri. Sasaran dari beasiswa Bidik Misi adalah siswa/siswi lulusan SMA/SMK sederajat tahun 2010. Mereka yang berprestasi namun mempunyai kendala di bidang ekonomi berhak untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Informasi itu aku dapat dari salah satu teman satu kelas yang mempunyai saudara di salah satu Perguruan Tinggi Negeri.  Ketika itu, kami telah usai melaksanakan upacara bendera hari Senin. Temanku yang bernama Oki memberitakan kepada kami, “teman-teman tahu tidak?sekarang ada program beasiswa S1 di UNNES.” Aku yang tadinya mau kembali ke kelas tidak jadi. Aku langsung menimpali pembicaraan itu. Aku bertanya, “kamu dapat info dari mana Ok?”, Oki menjawab, “dari kakakku yang kuliah di sana. Kuotanya cuma untuk 300 calon mahasiswa dari seluruh Indonesia dan pendaftarannya sudah dibuka Sabtu kemarin. Info ebih lengkapnya dapat diakses di web Unnes, alamatnya www.Unnes,ac,id.” Mendengar berita itu, aku merasa sangat senang dan lega, harapan untuk mendapatkan beasiswa S1 mulai mendapati titik terang. Perguruan Tinggi Negeri pertama yang aku tahu telah membuka pendaftaran beasiswa Bidik Misi adalah Universitas Negeri Semarang. UNNES terkenal dengan jurusan kependidikannya. Sepulang dari Sekolah, aku menceritakan berita tersebut kepada orang tua. Saat kami sedang duduk bersama di ruang televisi, aku memulai pembicaraan “Ibu bapak, aku tadi di Sekolah mendapat informasi mengenai beasiswa S1. Kata Oki, di UNNES ada program beasiswa bidik misi untuk jenjang S1. UNNES terkenal dengan jurusan kependidikannya. Aku ingin mendaftar di jurusan Pendidikan Matematika atau Pendidikan Akuntansi. Bagaimana bu?”. Saat itu, aku berharap mendapatkan respon positif dari beliau. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Orang tua tidak mengizikan aku mendaftar di jurusan pendidikan, karena beliau kurang setuju jika aku menjadi pengajar. Ibu berpendapat, “Ni’, kenapa kamu ingin adi guru? Kalau jadi guru itu harus bekerja siang malam. Tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah harus ada persiapan untuk mengajar terlebih dahulu. Ibu dan bapak lebih suka kalau kamu bekerja kantoran karena lebih ringan.” Aku menjawab, “Bu, pak, menjadi pengajar adalah pekerjaan yang mulia. Aku mempunyai impian untuk menjadi guru sejak kelas satu SMP. Aku ingin ilmu yang aku miliki dapat diberikan kepada orang lain dan bermanfaat bagi banyak orang.” Ibu berpendapat kembali, “Untuk membagikan ilmu tidak harus dengan menjadi guru formal lulusan kependidikan, bisa juga ilmu agama yang diajarkan atau ilmu lain yang kamu punya. Kamu bisa mengajarkannya lewat pergaulan sehari-hari atau mengajar TPQ seperti yang sedang kamu jalani sekarang.” Aku terdiam, aku tidak bisa menyanggah pendapat beliau lagi. Aku tidak ingin menjadi anak durhaka. Orang tua benar-benar kurang setuju jika aku menjadi seorang pengajar yang formal. Padahal menjadi seorang pengajar formal dalam artian guru di sekolah adalah cita-citaku sejak SMP. Dalam hati, aku merasa sedih karena orang tua tidak mendukung impianku untuk  menjadi guru. Jika aku harus masuk jurusan Akuntansi murni di UNNES, rasanya tidak mungkin karena saat itu masih terakreditasi C, jadi untuk mendaftarnya perlu pemikiran dua kali. Namun, aku tidak putus asa sampai di situ. Keesokan harinya, aku browsing untuk mencari Perguruan Tinggi Negeri penerima beasiswa yang di dalamnya ada jurusan murninya. UNSUD menjadi salah satu sasaran pertamaku. Sebelum mencoba untuk mendaftar, aku konsultasi kepada guru BK. Beliau meberikan banyak masukan. Bu Eri salah satu dosen BKku bertanya, “Mba’, kenapa kamu memilih jurusan murni?.” Aku menjawab, “Orang tuaku tidak menghendaki aku masuk jurusan kependidikan. Tapi sebenarnya aku ingin sekali menjadi guru/pengajar.” Lalu bu Eri memberikan pendapat, “Begini, Jawa Tengah nantinya akan diperbanyak jumlah SMKnya. .jadi, peluang untuk menjadi guru SMK lebih besar. Kalau saran ibu, lebih baik kamu masuk jurusan kependidikan. .coba orang tuamu dikasih tau mengenai hal itu, kalau belum merestui juga nanti Ibu yang memberi pengertian sama orangtuamu.” Aku mengiyakan saran beliau. Sepulang dari sekolah, aku tidak berani langsung melaksanakan saran guru BK. Aku menunggu waktu yang tepat untuk berbicara mengenai masukan dari guru BK. Saat malam tiba, aku bersama keluarga seperti biasa duduk bersama di ruang TV. Aku berusaha untuk menjelaskan tentang masukan guru BK kepada orang tua. Dengan penuh harap, aku berdo’a semoga Alloh memberikan petunjuk atas kebingungan yang aku rasakan.
Waktu pendaftaran tinggal tiga hari. Aku masih bingung mau memilih jurusan apa. Aku berusaha memberikan pengetian kepada orang tua tentang peluang di masa depan. Aku berusaha merayu ibu, “Ibu, kata bu Eri, nantinya Jawa Tengah akan diperbanyak sekolah SMK, jadi peluang guru untuk SMK insya Alloh akan banyak dibutuhkan. Beliau menyarankan agar aku masuk jurusan kependidikan saja. Bagaimana bu?”, Ibu memberikan jawaban yang membuatku lega. “ya sudah, kalau memang untuk masa depannya lebih bagus kependidikannya ibu tidak keberatan jika kamu mau mendaftar di jurusan kependidikan” begitulah kata ibu. Akhirnya orang tua menyetujui dan mendukung keputusanku untuk mendaftar di jurusan kependidikan UNNES. Beliau memberikan masukan agar aku memilih opsi di jurusan Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Matematika. Akupun mengikuti saran beliau, meskipun guru BK meragukannya. Saat pengumpulan berkas lewat BK, bu Eri berkomentar, “Mba’, kenapa kamu memilih jurusan yang ketat semua? Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Matematika, keduanya termasuk ketat. Kenapa salah satunya tidak memilih yang tidak begitu ketat, seperti Pendidikan Koperasi misalnya.” Aku menjawab, “itu adalah saran dari ibu jadi aku ikuti. Kalau memang itu rejeki aku pasti aku bisa mendapatkannya.” Guru BK menyayangkan kalau aku tidak diterima. Namun, aku yakin ridho Alloh tergantung pada ridho oran tua. Aku telah mendaftar secara online dan semua persyaratan telah aku penuhi. Dengan bantuan dan do’a dari orang-orang yang menyayangiku, alhamdulillah persyaratan dapat terpenuhi sebelum deadline. Tinggal menunggu saatnya tes tertulis. Materi SMA mulai aku pelajari untuk persiapan menghadapi tes tertulis pada tanggal 14 Februari 2010.
Pada tanggal 30 April 2011, ada undangan untuk orang tua wali calon mahasiswa yang lolos tes. Undangan tersebut diinformasikan lewat sms dan undangan tertulis. Rumahku lumayan jauh dari Semarang, sehingga undangan sampai rumahku terlambat. Sedangkan HPku waktu itu sedang rusak jadi informasi undangan untuk orang tua wali tidak kami ketahui. Akibatnya, orang tuaku tidak dapat menghadiri acara verivikasi pada hari yang telah ditentukan. Antara harap dan cemas, aku menghubungi pihak UNNES untuk menanyakan masalah tersebut. Aku takut kalau seandainya ketidakhadiran wali murid calon  mahasiswa Bidik Misi menjadi salah satu pertimbangan diterima atau tidaknya calon mahasiswa Bidik Misi tersebut. Akupun langsung menghubungi pihak UNNES yang nomornya tercantum dalam surat tersebut. Pihak UNNES memberikan kebijakan untuk menemui bidang kemahasiswaan pada hari Senin pukul 07.00 WIB harus sudah sampai di Gd. H. Aku dan bapakku memesan tiket travel yang berangkat pukul 03.00 WIB. Karena jika naik bus, takut tidak bisa sampai Semarang tepat waktu. Perjalanan dari Banjarnegara ke Semarang memerlukan waktu minimal empat jam. Tepat pukul 07.00 WIB kami sampai di depan Gd. H. Aku menghubungi bagian kemahasiswaan. (tut. . .tut. . .tut) Percakapan di televon dimulai, aku yang menyapa terlebih dahulu “Halo pak, selamat pagi, saya Laela Meni’ salah satu calon mahasiswa Bidik Misi. Kemarinkan ada undangan verivikasi untuk orang tua wali, tetapi kami tahunya terlambat dan kemarin bapak menyuruh kami datang hari ini. Ini kami sudah di depan Gd. H.”, bapaknya menjawab, “kemarin sudah ada tim visitasi yang datang ke rumahmu belum?”. Aku menjawab, “sudah pak, bagaimana?”, “kalau begitu berarti tidak ke sini tidak apa-apa, pertemuan kemarin hanya membahas apakah alamat yang tertera di formulir masih sama dengan alamat yang sekarang atau tidak, jadi kalau sudah divisitasi ya sudah tidak ada masalah” jawab bapak yang mengangkat televon tersebut. Aku yang masih merasa lelah karena baru perjalanan dari Banjarnegara-Semarang tidak banyak berkomentar. Hanya ucapan terimakasih yang keluar dari mulutku untuk menutup pembicaraan kami di televon. Aku merasa sangat kecewa, bukannya disambut tetapi malah disuruh pulang. Kami tidak tahu bahwa orang tua wali dikumpulkan hanya untuk mengecek apakah alamat yang tercantum di formulir pendaftaran tetap atau ada perubahan. Ketika menghubungi pihak UNNES, aku tidak diberi tahu bahwa yang rumahnya sudah disurvei tidak perlu menemui pegawai bidang kemahasiswaan pada hari Senin. Rumahku sudah disurvei pada hari Minggu oleh petugas visitasi dari UNNES. Dengan sedikit rasa kesal, akupun pulang dengan Bapak. Kekesalanku bukan karena kesia-siaan perjalanan yang aku tempuh pada waktu itu. Tetapi pada saat itu, Bapak tengah sakit. Sebelum berangkat, beliau masih kerja sampai larut malam yaitu sekitar pukul 02.30. Aku bisa merasakan bagaimana capeknya beliau. Sebenarnya aku tidak tega membiarkan Bapak mengantarku ke Semarang dengan kondisi yang tidak begitu fit dan baru pulang kerja. Namun, dengan semangat yang tinggi, beliau meyakinkanku bahwa beliau sehat wal afiat dan tidak menunjukkan keadaan yang lemah. Beliau selalu kelihatan kuat meskipun aku tahu sebenarnya beliau pasti merasa sangat lelah.
Sepanjang perjalanan pulang, aku semakin yakin dengan impianku mendapatkan beasiswa pendidikan S1. Aku merasa bahwa ini cobaan awal dari Alloh. Pasti akan ada hikmah dibalik kejadian itu. Aku tidak menceritakan kepada ibu tentang peristiwa yang telah aku alami bersama bapak. Karena aku takut ibu merasa kecewa. Setiap saat aku berdo’a, semoga hikmah dari peristiwa itu bisa membuat orang tua bahagia. Bisa menggantikan jerih payah beliau selama ini. Aku selalu positif thinking bahwa aku pasti akan mendapatkan beasiswa S1. Dugaanku benar, ketika pengumuman tanggal 08 Mei 2010 namaku Alhamdulillah tercantum sebagai salah satu mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi UNNES 2010. Senangnya bukan main. Rasa haru, senang, dan kagum bercampur menjadi satu. Aku sangat bersyukur impian untuk mendapatkan beasiswa S1 dapat tercapai. Aku memberitahukan berita tersebut kepada orang tua dan guru BK yang selama ini telah banyak membantu. Aku memegang tangan ibu seraya berkata “Ibu, Alhamdulillah aku resmi diterima menjadi mahasiswa Bidik Misi jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi di UNNES.” “Alhamdulillah. . .ibu sangat senang mendengarnya, akhirnya impianmu untuk mendapatkan beasiswa S1 bisa terwujud.” Orang tua kelihatan sangat gembira mendengar berita tersebut karena usaha mereka selama ini membuahkan hasil. Mereka yang selalu bekerja keras dengan tujuan untuk membantu merealisasikan impianku telah terwujud. Tujuanku mendapatkan beasiswa S1 juga akan segera dapat terealisasikan. Adikku yang menginjak umur tiga tahun dapat bersekolah di PAUD. Dia bisa belajar dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Ibupun sudah tidak ikut bekerja lagi dan menunggui adikku sekolah. Guru BK yang mengetahui berita tersebut juga sangat bannga. Aku bersama tiga temanku merupakan siswa SMK N 1 Bawang yang pertama kali bisa mendapatkan beasiswa pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Negeri. Sebelumnya belum pernah ada yang lolos mendapatkan beasiswa. Bahkan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeripun bias dibilang sulit. Kami berempat menjadi pioneer yang berhasil diterima sebagai mahasiswa penerima beasiswa S1. Guru BK berpesan “Nak, ibu sangat terharu dan bangga atas prestasi yang kalian raih. Kalian adalah siswa pertama yang berhasil diakui di Perguruan Tinggi Negeri dan mendapatkan beasiswa S1. Kami segenap guru di SMK khususnya BK sangat berterimakasih atas usaha kalian dalam membawa nama baik SMK N 1 Bawang. Kami berharap kalian bisa mempertahankan prestasi yang kalian miliki dan mampu mengembangkannya. Kalian harus bisa membawa adik kelas untuk mengikuti jejak kalian.” Aku menjawab, “Insya Alloh bu, kami semua akan berusaha semaksimal mungukin untuk meningkatkan prestasi yang kita miliki. Mohon do’a dan bimbingannya ya bu”. kemudian bu Eri kembali memberikan masukan, “Ia sayang, kami semua di sini selalu mendo’akan yang terbaik untuk kalian. Keberhasilan kalian merupakan kebrhasilan kami juga. Teruslah berprestasi dan berkarya, jadilah mahasiswa yang bertanggungjawab dan bermanfaat bagi sesama. Ibu di sini hanya bisa membantu dengan do’a dan memberikan motivasi untuk kalian agar dapat meraih masa depan yang cerah.”, kami berempat serentak menjawab, “Aamiin, terimakasi h bu.”. Setelah lama berbincang-bincang dengan guu BK, kami meninggalkan ruang BK untuk melanjutkan aktivitas.
Banyak persyaratan yang harus dipenuhi setelah diterima menjadi mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Aku bersama tiga orang temanku senantiasa berusaha dan berdo’a agar kegiatan kuliah di UNNES bisa berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil sesuai harapan, yaitu menjadi mahasiswa berprestasi serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kami saling mengingatkan dan mendukung jika salah satu dari kami ada yang lalai dengan tujuan utama menjadi mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Motivasi selalu kami dapatkan dari berbagai pihak. Tetapi yang paling utama adalah motivasi dari diri sendiri. Bagaimana aku bertanggung jawab terhadap amanah yang telah diberi. Jangan sampai aku terlena oleh kebahagiaan ini. Karena keberhasilan adalah awal dari perjuangan untuk mencapai impian berikutnya. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan berdo’a. Alloh selalu ada di dekat kita. Melindungi kita dan memberikan yang tebaik untuk kita. Semoga pengalaman ini bisa menjadi motivasi bagi teman-teman yang mempunyai mimpi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jangan pernah menganggap kesedihan yang dialami sebagai musibah, tetapi anggaplah hal itu sebagai motivasi kita untuk mengejar impian. Insya Alloh semua yang kita cta-citakan bisa terwujud. Rencana Alloh selalu indah di akhir perjuangan. SELAMAT BERJUANG J J

1 komentar:

  1. PELUANG LAIN LAGI, APAKAH ANDA USAHA MAN / WANITA, A PEKERJA DI ORGANISASI, Wiraswasta? Membutuhkan pinjaman pribadi untuk bisnis tanpa stres, Jika demikian, hubungi kami hari ini, kami menawarkan pinjaman tahun baru pada tingkat bunga rendah dari 2%, Anda dapat memulai tahun baru dengan senyum di wajah Anda, keselamatan, kebahagiaan kami pelanggan adalah kekuatan kita. Jika Anda tertarik, mengisi formulir aplikasi pinjaman di bawah ini:
    Informasi Peminjam:

    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus