Minggu, 19 Mei 2013

AKU TAK MAU TERTINGGAL

AKU TAK MAU TERTINGGAL
Oleh Khotimatussa’diyah
 
 
Sejenak ku sadar, harapku mulai sirna
Mengguncang sisi jiwaku
Hasrat pun meronta, merebak ditanya    
Adilkah dunia bawaku melangkah?
 
Kutatap cermin diri
Mencari jawab akan sebuah tanya
Gelap hampa tiada warna
Ingin kuhapus semua
 
Bilakah semua menjadi nyata
Dihidupku ini
Laraku mendera, mendekam di rasa ini
Adilkah dunia bawaku melangkah
 
                Kugoreskan tinta hitam diatas kertas putih, seputih anganku untuk mencapai sebuah cita-cita. Ah, tak pantas sekiranya aku menyebut cita-cita. Aku ini siapa? Hidup hanya bergantung pada orang lain, hidup dengan sebuah kata kesederhanaan. Life style sederhana meski lingkungan sebenarnya sudah berlari jauh dari kata sederhana. Yah, aku hanya berangan, berandai-andai.
 
GAGAL MASUK BEASISWA BIDIKMISI SNMPTN UNDANGAN!!
 
            Aku tak habis pikir, siapa sebenarnya yang “terlalu”. Kepasifanku atau sekolahku. Daftar nama siswa berprestasi yang diambil 50% dari jumlah siswa, yang digunakan sebagai modal utama mendaftar SNMPTN Undangan, baru datang 1 hari sebelum tanggal penutupan. Mencari uang untuk biaya pendaftaran bukanlah hal yang mudah bagiku, bahwasanya setiap hari aku mendapat uang saku yang hanya cukup untuk ongkos pergi pulang sekolah. Pada dasarnya aku selalu tidak berani meminta uang kepada ibu asuhku. Kubuka kotak celengan dilemariku, hanya ada setengah dari biaya pendaftaran  dan waktu yang masih tersisa tinggal 1 jam. Karena besuk hari sabtu yang tentunya semua bank tutup. 1 kesempatan pun akhirnya berlalu tanpa kepastian.
 
Ku lari secepat-cepatnya
Tapi kalah lagi
Ku mendarat di kepala
Padahal harusnya dikaki
 
Aku berjuang kedepan
Tapi tertahan dibelakang
Mengapa terus kulakukan?
Karna aku tak mau tertinggal
 
Sebagian mengatakan aku tak bisa
Sebagian mengatakan jangan
Sebagian mengatakan menyerahlah
Tapi jawabku, TIDAK!!!
 
Karna semua daya ada disini
Didiriku, dihatiku dan difikiranku
Yang telah Allah ciptakan
Lebih dari sempurna
 
Karna kuyakin, Ku tak akan tertinggal
 
TITIK KEGALAUAN HATI
 
“Nak, Bapak pengen bicara” kata bapak malam itu.
“Iya, bapak mau ngendikan apa?” jawabku.
“Nak, bapak minta maaf. Selama ini bapak nggak bisa bahagiain kamu dan kakak-kakakmu. Bapak hidup seperti ini mungkin karena bapak nggak mempunyai pendidikan tinggi. Dan bapak ingin kalian bisa lebih baik dari bapak. Jangan pernah nyalahin takdir, Nak. Introspeksi diri, itulah yang terbaik.” Terang bapak.
inggih bapak, lantas?” sahutku.
“ hhh...Bapak pengen banget salah satu anak bapak ada yang sarjana. Meski bapak sadar, bapak nggak akan mampu untuk menyekolahkan kamu setinggi itu. Tapi bapak akan berusaha, Nak. Tinggal kamu harapan bapak nak, kakak-kakakmu sudah nggak mungkin lagi. Mereka sudah berkeluarga semua. Mungkin ibumu disana juga mengharapkan hal yang sama, Nak.” lanjut bapak.
            Tidak mungkin terlupakan hal tersebut dari benakku. Selalu terngiang-ngiang di telingaku pitedah dari bapak yang merupakan amanat yang terpenting di hidupku. Dan aku akan berusaha untuk melaksanakan apa yang mereka harapkan meskipun sulit. Semua hanya untuk orang tuaku tercinta, yang kudoakan selalu setiap waktu dan aku tau pasti, mereka mendengarku di taman surga sana. Mereka pun, aku yakin juga mendoakanku disini. Teringat akan doa bapak sebelum berpulang ke rahmatullah.
“ Sukses semua ya, Nak. Bapak akan selalu ada dihati dan hidup kalian.”
            Dan sekarang aku menangis diatas diary-ku. Apa aku bisa kuliah? Aku nggak mungkin masuk  di universitas swasta, karena biaya yang terlampau mahal. Sedangkan masuk Universitas Negeri aku sudah gagal masuk dengan beasiswa. Aku harus gimana?
 
Aku harus hidup dengan diriku sendiri, maka
Aku harus pantas dikenali diriku
Aku ingin mampu saat hari-hari berlalu
Selalu memandang langsung diriku
 
Aku tak mau berdiri, sampai matahari terbenam
Dan membenci diriku, akibat apa ya ng kulakukan
Aku ingin pantas menerima hormat dari semua orang
 
                Aku hidup dengan 18 anak yatim piatu di sebuah desa yang tak jauh dari hulu Gunung Telomoyo. Bukan sebuah panti ataupun yayasan. Kami hanya diasuh (dibiayai sekolah dan hidup sehari-hari) oleh seorang  janda. Dirumah itu aku paling senior, dimana ibu asuhku menggantungkan semua urusan rumah pada diriku. Mulai dari masak, bersih-bersih sampai pembukuan finansial rumah.
            Mungkin pembaca belum pernah merasakan, bagaimana rasanya setiap hari selalu terjebak dalam rutinitas yang menjemukan. Habis ini, itu, ini lagi, itu lagi. Bahkan aku belum pernah bisa merasakan rasanya dingin semilir angin malam dijalan sana dan teriknya matahari di siang hari di hari libur. JENUH.
            Hal inilah yang menjadi semangatku untuk next sekolah disamping amanat dari orang tua kandungku. Walaupun ibu asuhku hanya membatasi pendidikan kami sebatas sampai jenjang menengah atas, dan meski aku sudah gagal masuk beasiswa bidikmisi SNMPTN Undangan, tapi aku akan tetap berusaha masuk lewat jalur tertulis meskipun tanpa beasiswa. Setidaknya aku bisa keterima dulu. Soal uang nanti pasti ada jalannya. Allah tidak buta untuk melihat niat suci hambaNya.
            Singkat cerita, aku diterima di Universitas Negeri Semarang melalui jalur SNMPTN Ujian tulis. Dimana aku harus mencari pinjaman untuk biaya SPL. Dan alhamdulillah, salah satu putri kandung dari ibu asuhku yang bekerja sebagai dosen di IPB siap membantu meminjami uang untuk biaya SPL.
Pada pertengahan bulan agustus yang kebetulan tepat pada saat bulan Ramadhan aku menjalani masa PPA dan OKPT. Setelah 2 hari menjalani PPA, tidak disangka-sangka, ternyata ada info beasiswa bidikmisi gelombang 3, karena UNNES menambah kuota bidikmisi sebanyak 1000 mahasiswa. Aku pun langsung aktif mencari tahu semua tentang bidikmisi tahap 2 gelombang 3 tersebut. Setelah aku mengetahui langkah-langkahnya, aku pun mendaftar formulir bidikmisi online. Aku hanya bisa berdoa, semoga nasib baik berpihak kepadaku, aku hanya tawakal kepada Allah.
            Sepulang dari PPA dan OKPT, kakiku bengkak dan tumbuh benjolan kecil-kecil. Sakitnya luar biasa, untuk jalan pun susah. Padahal aku sudah ada planning buat mencari surat-surat yang dibutuhkan untuk persyaratan beasiswa. Ya Rabb, beri aku kesabaran, hanya itu yang selalu kuucapkan saat aku benar-benar merasa kepayahan.
Akhirnya aku nekat tetap mencari surat-surat tersebut, mengingat waktu juga, karena sebentar lagi sudah libur hari Raya Idul Fitri. Tidak lama kemudian rumahku kedatangan surveyer dari panitia penerimaan beasiswa bidikmisi.
            Alhamdulillah, Allah Maha Adil. Setelah membuka pengumuman penerimaan beasiswa bidikmisi 2011 tahap 2 gelombang 3 aku dinyatakan lolos sebagai mahasiswa yang pantas mendapat beasiswa bidikmisi. Sebuah tangisan dengan penuh syukur memvonis dirinya untuk menjadi saksi atas kesabaranku selama ini. Dan kini aku mampu menjawab, Dunia telah adil bawaku melangkah. Dan aku seolah melihat senyum Bapak Ibu di serambi surga seraya mengatakan,
“Bapak Ibu bangga padamu, Nak.”
 
Semakin keras kujatuh
Semakin tinggiku memantul
Ku kerahkan segalanya
Dan itulah yang terpenting
Ditempat pertama
Diriku jarang berada
Jadi aku berusaha sekuatnya
 
Kuharap dalam hal kecil pun
Aku berhasil
Menatap esok hari yang baru
Dan aku tak mau tertinggal
 
BIODATA PENULIS
 
Nama                           : Khotimatussa’diyah
Prodi/Angkatan          : Pendidikan Ekonomi Akuntansi / 2011
Jurusan/Fak                 : Pendidikan Ekonomi/ Fakultas Ekonomi
Semester                      : 4
Motto hidup                : Kekayaan tidak selalu diukur dengan nominal, tapi kekayaan adalah perasaan dimana kita masih mempunyai semangat dan tekad untuk terus maju untuk mencapi kesuksesan yang hakiki.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar